Kembang Goyang, Kue Tradisional Berbentuk Bunga yang Manis dan Renyah

haipedia.com – Kembang Goyang adalah kue tradisional Indonesia yang dikenal dengan bentuknya yang menyerupai bunga dan teksturnya yang renyah. Nama “Kembang Goyang” berasal dari bahasa Indonesia, di mana “kembang” berarti bunga dan “goyang” merujuk pada gerakan menggoyang cetakan saat proses pembuatan agar adonan terlepas, membentuk pola bunga yang indah. Kue ini populer di berbagai daerah, terutama di kalangan masyarakat Betawi dan Melayu, serta sering disajikan pada acara perayaan seperti Lebaran, Natal, atau syukuran. Artikel ini akan menjelaskan sejarah, resep, dan makna budaya Kembang Goyang.

Asal-Usul dan Sejarah

Kembang Goyang diyakini memiliki akar budaya yang kuat di Indonesia, khususnya terkait dengan kuliner Betawi dan Melayu. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa kue ini mungkin terinspirasi dari “rosette cookies” Eropa, yang diperkenalkan melalui perdagangan kolonial pada abad ke-16 atau ke-17. Rosette cookies Eropa menggunakan cetakan besi serupa untuk membuat fritter berbentuk bunga, dengan resep dasar berupa tepung, telur, gula, dan susu. Di Indonesia, resep ini diadaptasi dengan bahan lokal seperti tepung beras dan santan, menciptakan cita rasa khas Nusantara.

Meskipun ada pengaruh asing, Kembang Goyang telah menjadi bagian integral dari tradisi Indonesia. Di Aceh, kue ini dikenal sebagai Kembang Loyang dan sering dihidangkan pada acara adat. Di Malaysia dan Singapura, kue serupa disebut Kuih Loyang atau Kuih Rose, menunjukkan kesamaan budaya di kawasan Melayu. Kembang Goyang juga muncul dalam motif batik Betawi, melambangkan keindahan dan keseimbangan, yang menegaskan statusnya sebagai warisan budaya.

Resep Kembang Goyang

Berikut adalah resep sederhana untuk membuat Kembang Goyang yang renyah dan manis, diadaptasi dari resep tradisional yang umum digunakan.

Bahan-Bahan

  • 200 gram tepung beras

  • 50 gram tepung tapioka

  • 50 gram tepung terigu

  • 100 gram gula pasir (sesuaikan selera)

  • 1 butir telur

  • 65 ml santan (bisa menggunakan santan instan)

  • 200 ml air

  • Sejumput garam

  • Minyak goreng secukupnya

  • Pewarna makanan (opsional, untuk variasi warna)

Alat

  • Cetakan Kembang Goyang (berbentuk bunga, bintang, atau bulat, tersedia dalam ukuran 7-8 cm)

  • Panci atau wajan untuk menggoreng

Langkah-Langkah

  1. Membuat Adonan: Campur tepung beras, tepung tapioka, tepung terigu, gula, dan garam dalam mangkuk besar. Kocok telur, lalu masukkan ke campuran tepung bersama santan dan air. Aduk hingga adonan halus dan tidak menggumpal. Jika ingin warna berbeda, tambahkan pewarna makanan secukupnya.

  2. Mempersiapkan Cetakan: Panaskan minyak dalam wajan hingga cukup panas (sekitar 170°C). Celupkan cetakan Kembang Goyang ke dalam minyak panas selama beberapa detik, lalu angkat dan tiriskan kelebihan minyak.

  3. Mencetak Kue: Celupkan cetakan panas ke dalam adonan, tetapi jangan sampai adonan menutupi bagian atas cetakan (sekitar setengah tinggi cetakan). Masukkan cetakan ke dalam minyak panas, lalu goyang perlahan agar adonan terlepas dari cetakan dan membentuk kue.

  4. Menggoreng: Goreng kue hingga kuning keemasan dan renyah, sekitar 1-2 menit per sisi. Angkat dan tiriskan di atas kertas minyak untuk menghilangkan minyak berlebih.

  5. Penyimpanan: Setelah dingin, simpan Kembang Goyang dalam wadah kedap udara agar tetap renyah. Kue ini bisa tahan hingga dua minggu.

Tips: Pastikan cetakan benar-benar panas sebelum dicelupkan ke adonan untuk mencegah adonan lengket. Jika adonan terlalu kental, tambahkan sedikit air; jika terlalu cair, tambahkan tepung beras secukupnya.

Makna Budaya

Kembang Goyang bukan sekadar camilan, tetapi juga memiliki makna budaya yang dalam. Bentuk bunganya melambangkan keindahan dan kelembutan, sering dikaitkan dengan perayaan dan kebersamaan. Dalam tradisi Betawi, Kembang Goyang sering disajikan dalam besek (wadah anyaman bambu) saat acara syukuran, pernikahan, atau hari raya, sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan.

Di beberapa daerah, jumlah kue dalam penyajian memiliki makna simbolis. Misalnya, dalam tradisi Jawa, jumlah Kembang Goyang dalam hiasan rambut pengantin (cunduk mentul) bisa berjumlah 3, 5, 7, atau 9, masing-masing melambangkan Trimurti, Rukun Islam, pitulungan (pertolongan), atau Walisongo. Kue ini juga menjadi bagian dari identitas kuliner Nusantara, menghubungkan generasi melalui resep dan teknik yang diturunkan secara turun-temurun.

Ancaman dan Pelestarian

Meskipun Kembang Goyang tetap populer di acara tradisional, keberadaannya mulai jarang ditemui di kalangan generasi muda karena proses pembuatannya yang memakan waktu dan membutuhkan keterampilan khusus. Untuk melestarikan warisan ini, beberapa komunitas kuliner di Indonesia mengadakan pelatihan pembuatan Kembang Goyang, terutama menjelang hari raya. Media sosial juga berperan dalam mempromosikan kue ini, dengan resep dan tutorial yang dibagikan di platform seperti YouTube dan TikTok.

Kembang Goyang adalah bukti kekayaan kuliner Indonesia, menggabungkan cita rasa sederhana dengan keindahan budaya. Dengan bahan-bahan lokal dan teknik tradisional, kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menceritakan kisah warisan dan kebersamaan. Cobalah membuat Kembang Goyang di rumah untuk merasakan kelezatan dan menghidupkan kembali tradisi yang manis ini. Jika Anda tertarik untuk mengeksplorasi lebih lanjut, cetakan Kembang Goyang kini tersedia di berbagai toko daring, memudahkan Anda untuk menciptakan kue berbentuk bunga yang renyah ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *